Friday, August 25, 2017

Harga Mata Uang Digital Bitcoin Sama Dengan 1 Ons Emas

Minggu ini, untuk pertama kalinya harga Bitcoin maka lebih mahal dari harga satu ounce emas. Berdasarkan CoinDesk’s Bitcoin Price Index , harga satu Bitcoin setara dengan $1.276. Sementara menurut pengecer besi mulia APMEX, 1 ounce emas setara dengan $1.234. Kenaikan harga valuta digital ini telah berjalan semenjak awal tahun, hingga akhirnya mampu melebihi harga emas di awal Maret.  

Bitcoin Bukan Sekedar Investasi Saham Saja, Kini Harganya Puluhan Juta

Vinsensius Sitepu seorang dosen sekaligus pengamat Bitcoin mengaku tidak terkejut sama sekali dengan perkembangan ini. Vinsen yg semenjak 2009 mulai mengikuti perkembangan valuta Bitcoin serta teknologi Blockchain itu, terbukti telah semenjak lama meramalkan jika popularitas Bitcoin mampu meroket serta akan maka komoditas yg bernilai tinggi.

Bitcoin merupakan uang elektronik yg mampu ditransfer tanpa butuh melewati perantara apa-apa tergolong bank, maka anggaran transaksi maka jauh lebih murah. Meski demikian, tidak sedikit juga kalangan yg merespons negatif Bitcoin semenjak pertama kali diluncurkan 2009 lalu.

Sejumlah negara bahkan terang-terangan mengeluarkan aturan yg menolak penggunaan valuta digital ini di negaranya. Misalnya Rusia, yg Februari 2014 lalu melarang warganya memakai Bitcoin. Menurut pemerintahan Rusia, penggunaan Bitcoin mampu maka sumber bencana karena mampu dipakai untuk pembiayaan terorisme.

"Setiap sistem untuk pembayaran anonim serta valuta siber yg dalam aliran besar, tergolong yg paling dikenal Bitcoin, merupakan bukan uang serta tidak mampu dipakai oleh individu alias entitas legal mana pun," kata Kejaksaan Agung Rusia semacam dikutip dari Antara.

Amerika Serikat (AS), melewati otoritas keuangannya, Komisi Sekuritas serta Bursa (SEC) pada Mei 2014 juga mengeluarkan peringatan untuk investor supaya tidak memakai valuta virtual semacam Bitcoin.

Dua bulan kemudian, Bank Sentral Latvia meminta warganya untuk tidak memakai Bitcoin, karena mereka tidak mengganggap Bitcoin sebagai alat tukar yg sah. Sebelumnya, Jepang juga melakukan faktor serupa pada Maret 2014.

Seperti dilansir dari Antara, Pemerintah Jepang juga sempat tegas menolak Bitcoin dianggap sebagai mata uang. Semua negara ini punya argumen sama, bahwa Bitcoin punya efek kurang baik yg lebih tidak sedikit dalam perputaran uang serta bisnis.

Namun, sebagian di antara mereka mulai berubah pikiran serta perlahan-lahan mendapatkan kehadiran Bitcoin. Jepang salah satunya. Februari lalu, pemerintahnya mulai mengakui kehadiran Bitcoin serta teknologi Blockchain. SEC AS juga telah memasukkan Bitcoin dalam kategori komoditas, menyamakannya dengan emas.
Kontroversi terbukti tetap mewarnai penggunaan Bitcoin. Dalam survei yg dilakukan The Street pada 2014 silam, sebanyak 76 persen respondennya tidak familiar dengan Bitcoin. Sementara 79 persen malah tidak sempat memakai bitcoin serta tidak berniat akan memakainya. Sebanyak 38 persen yakin jika Bitcoin berdampak kurang baik pada dolar, serta 80 persen orang-orang lebih ingin punya emas daripada Bitcoin.

Sedangkan mereka yg tetap muda, berumur 18 hingga 24 tahun, sebanyak 33 persennya yakin jika Bitcoin mampu menolong dolar, serta 15 persen ingin punya Bitcoin daripada emas.

Angka ini menawarkan jika di awal kemunculannya, orang-orang yg lebih tua tidak menonton masa depan cerah dalam Bitcoin. Sementara anak-anak muda, menawarkan sikap sebaliknya.

Salah satu yg optimistis merupakan Vinsensius. Ia bilang, kemajuan teknologi seharusnya dimaknai positif, tergolong dalam memaknai keberadaan Bitcoin. Menurutnya, ketakutan tidak sedikit negara itu wajib bercermin pada Singapura yg telah mengadopsi teknologi Blockchain—sistem transaksi Bitcoin—dalam sistem perbankannya. Singapura terbukti telah mengklaim diri sebagai negara pertama yg menerapkan teknologi Blockchain dalam sistem perbankannya di ASEAN, November 2016 lalu.
Selain punya kelemahan-kelemahan, menurut Vinsen, Bitcoin juga punya tidak sedikit faedah. Teknologi Blockchain ternyata terbukti membikin transaksi transfer lebih cepat daripada yg dipakai bank dikala ini. “Kalau transfer luar negeri bahkan bank butuh 2 hingga 3 hari. Pakai Blockchain cuma dalam hitungan detik,” kata Vinsen pada Tirto.

Dalam goresan pena berjudul “Babak Baru Bitcoin” yg terbit di Analisa, Vinsen juga optimistis jika penggunaan Bitcoin pada masa depan mau tidak mau akan terus meningkat. Seiring dengan sistem pembayaran lewat mobile (mobile payment) yg juga terus meningkat.

“Pemerintah Indonesia sendiri kayaknya lima tahun ke depan tetap belum mampu menyamai teknologi Blockchain Singapura. Tapi mau enggak mau, pemerintah tentu akan menyesuaikan diri,” prediksi Vinsen.

0 Komentar:

Post a Comment

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online